Senin, 25 April 2022

 

3.1.a.7. Demontrasi Kontekstual - Pengambilan Keputusan sebagai pemimpin pembelajaran

Disusun oleh :

 Eva Natalia

CGP Angkatan 4 Kab. Deli Serdang

  • Bagaimana Anda nanti akan mentransfer dan menerapkan pengetahuan yang Anda dapatkan di program guru penggerak ini di sekolah/lingkungan asal Anda?

Kegiatan mentransfer dan menerapkan pengetahuan yang saya dapatkan dalam program guru penggerak akan dilakukan dengan berkomunikasi dengan kepala sekolah sebagai pemegang kebijakan di sekolah. Saya juga akan melakukan pengimbasan kepada rekan sejawat melalui wawancara, praktik langsung, dan berdiskusi tentang praktik baik pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, budaya positif, praktik coaching, dan juga pembelajaran berdiferensiasi serta pembelajaran sosial dan emosional. Saya juga akan berkolaborasi dengan rekan sejawat yang tergabung dalam komunitas praktisi yang ada di sekolah. Pengetahuan yang saya dapatkan dalam program guru penggerak akan saya terapkan dalam pembelajaran di kelas, kegiatan-kegiatan sekolah dan lingkungan tempat tinggal saya dalam menghadapi situasi dilema etika maupun bujukan moral.

  • Apa langkah-langkah awal yang akan Anda lakukan untuk memulai mengambil keputusan berdasarkan pemimpin pembelajaran?
  • Pertama, saya akan menganalisis situasi kasus yang sedang terjadi,  kemudian  saya menentukan paradigma dilema etika apa yang akan digunakan dalam menyelesaikan situasi tersebut, apakah individu lawan masyarakat, kebenaran lawan kesetiaan, keadilan lawan rasa kasihan, atau jangka pendek lawan jangka panjang.
  • Kedua, berdasarkan paradigma tersebut, saya akan memilih prinsip yang akan saya gunakan dalam pengambilan keputusan, apakah prinsip berpikir berbasis hasil akhir end based thinking), berpikir berbasis peraturan role based thinking), ataukah berpikir berbasis rasa peduli care based thinking).
  • Ketiga, berdasarkan paradigma dan prinsip dilema etika yang dipilih dalam situasi yang dihadapi, saya akan melakukan pengambilan dan pengujian keputusan dengan menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

 

  • Mulai kapan Anda akan menerapkan langkah-langkah tersebut, hari ini, besok, minggu depan, hari apa? Catat rencana Anda, sehingga Anda tidak lupa.

Sebagai guru yang ingin memperbaiki kualitas pembelajaran dan meningkatkan kompetensi diri, saya akan menerapkan langkah-langkah tersebut mulai saat ini. Saya juga akan konsisten melaksanakannya mulai saat dan seterusnya sampai saya lancar dan terbiasa melakukan pengambilan keputusan berdasarkan 4 paradigma dilema etika, 3 prinsip penyelesaian dilema, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

  • Siapa yang akan menjadi pendamping Anda, dalam menjalankan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran? Seseorang yang akan menjadi teman diskusi Anda untuk menentukan apakah langkah-langkah yang Anda ambil telah tepat dan efektif.

Dalam menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, saya akan meminta petunjuk kepala sekolah sebagai pendamping dan sebagai pemegang kebijakan di sekolah. Saya juga akan berdiskusi dan berkolaborasi dengan rekan sejawat dalam menghadapi situasi dilema. Dengan melibatkan kepala sekolah, rekan-rekan sejawat,murid, dan orang tua murid saya akan mengetahui apakah langkah-langkah yang saya ambil sudah tepat dan efektif berdasarkan 4 paradigma dilema etika, 3 prinsip penyelesaian dilema, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Saya akan melakukan refleksi atas pengambilan keputusan yang telah diambil dan meminta umpan balik kepada pihak-pihak yang terlibat dalam situasi dilema tersebut.

KONEKSI ANTAR MATERI MODUl 3.1 : Pengambil Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

 

 

Modul 3.1.a.9  Koneksi Antarmateri

Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

Disusun oleh : Eva Natalia

CGP Angkatan 4 Kab. Deli Serdang

 

  1. Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana?

Filosofi Patrap Triloka yang dikenal hingga saat ini yaitu Ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, dan tut wuri handayani memberikan pengaruh yang besar terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil.

Makna Ing ngarsa sung tulada adalah seorang guru harus bisa memberikan contoh serta panutan kepada orang lain di sekitarnya saat ia berada di depan. Seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan sebaiknya penuh analisis dan berbagai pertimbangan hal ini di sebabkan keputusan yang akan dibuatnya akan dijadikan contoh oleh murid  dan rekan guru baik dikelas maupun di sekolah.

Makna ing madya mangun karso yaitu seseorang ditengah kesibukannya harus juga mampu membangkitkan atau menggugah semangat maksudnya keputusan yang diambil seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran hendaknya bisa mempertimbangkan dan memberikan karsa, kemauan dan semangat bagi murid-muridnya.

Makna Tut wuri handayani yaitu Dari belakang, seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan artinya adalah dari belakang keputusan  yang diambil seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran hendaknya mampu memberikan dukungan fisik dan dukungan moral pada murid-murid di sekolahnya.

 

  1. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Nilai-nilai yang ada pada diri kita tentu saja berpengaruh pada prinsip-prinsip pengambilan keputusan yang akan kita ambil. Dalam pengambilan suatu keputusan sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita. Nilai-nilai bagaikan gunung es yang hanya terlihat kecil dipermukaan air tetapi merupakan bagian yang besar di dalam alam bawah sadar kita. Maka penting untuk memupuk nilai-nilai positif dalam diri kita yang nantinya akan menjiwai setiap keputusan yang kita ambil. Contohnya adalah jika seorang guru memegang teguh nilai-nilai kebajikan misalnya nilai kejujuran, nilai kepedulian, dan nilai persatuan, maka setiap keputusan  yang akan diambilnya akan bermanfaat bagi murid dan lingkungan sekolah.

 

  1. Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.

Pendampingan yang diberikan pendamping dan fasilitator pada sesi coaching, tentu saja sangat membantu guru sebagai  pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan. Pada sesi coaching guru sebagai coachee mampu mengidentifikasi dan mengembangkan potensi yang dimilikinya serta mengeksplorasi berbagai solusi terbaik yang dapat berimbas menghasilkan keputusan yang berpihak pada murid dengan tetap mengoptimalkan potensi yang ada dalam diri murid-murid

 

  1. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?

Seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran di kelas semestinya sudah mengetahui dan memahami kondisi sosial dan emosional dari dirinya sendiri juga dari muridnya. Guru penting untuk  memahami aspek sosial dan emosionalnya agar mereka mampu mengambil keputusan yang tepat dan bijaksana dalam menyelesaikan persoalan pembelajaran baik di kelas maupun di lingkungan sekolah.   

 

5.      Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.

Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika sebelum mengetahui tentang  paradigm dilemma etuika, prinsip resolusi, dan 9 langkah pengambilan keputusan, pembahasan kasus lebih ditekankan pada nilai –nilai yag dianut oleh pendidik dengan pertimbangan lingkungan yang ada. Selain itu pembahasan juga hanya berdasar intuisi dari keyakinan yang dianut. 

Nilai-nilai dalam diri seorang guru akan mempengaruhi dirinya dalam mengambil sebuah keputusan. Jika nilai-nilai yang dianutnya adalah nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan tepat, benar, dapat dipertanggung jawabkan, dan dilakukan demi kebaikan orang banyak. Sebaliknya  jika seorang guru belum memiliki nilai-nilai yang positif atau sudah kehilangan idealismenya sebagai seorang guru maka keputusan yang diambil akan cenderung digunakan untuk mengutamakan kepentingan pribadi atau golongan dan tidak dapat dipertanggung jawabkan.

 

  1. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Pengambilan keputusan yang tepat tentu saja sudah melawati berbagai tahapan  yaitu, yang pertama melihat paradigma etika, yang terdiri dari individu lawan masyarakat, rasa keadilan lawan rasa kasihan, kebenaran lawan kesetiaan dan jangka pendek lawan jangka panjang. Yang kedua prinsip resolusi yang terdiri dari berpikir berbasis hasil,akhir, berpikir berbasis peraturan,dan berpikir berbasis rasa peduli. Ketiga, adanya  9 langkah pengambilan keputusan yang terdiri dari 1. Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan, 2. Menentukan siapa yang terlibat dalam. 3. Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan, 4.  Pengujian benar atau salah yang terdiri dari  Uji Legal, Uji Regulasi/Standar Profesional, Uji Intuisi, Uji Publikasi, Uji Panutan/Idola  5. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar,6 .Melakukan Prinsip Resolusi, 7. Investigasi Opsi Trilema, 8. Buat Keputusan, 9. Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan. Jika keputusan sudah diambil berdasarkan langkah-langkah diatas maka akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

 

  1. Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Kesulitan-kesulitan yang ada dilingkungan ketika mengambil keputusan kasus dilema etika antara lain nilai dan budaya masyarakat di lingkungan sekolah , paradigma berpikir,  serta memilih yang menjadi skalan prioritas karena dalam dilema etika  kedua sisi dalam dilema etika adalah benar

 

  1. Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

Pengambilan keputusan yang tepat tentu saja akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif dan nyaman. Dengan lingkungan yang positif, kondusif dan nyaman maka terbentuklah pula pembelajaran yang berpihak pada murid. Karena keputusan yang diambil adalah bentuk proses dalam menuntun murid untuk merdeka, tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodrat alam, zaman dan potensi yang dimilikinya. Hal ini akan berimbas pada merdeka belajar ketika murid mampu memilah dan memilih hal yang baik dalam meningkatkan bakat  dan potensi yang ada dalam dirinya.

  1. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Keputusan yang diambil guru sebagai pemimpin pembelajaran tentu akan mempengaruhi kehidupan atau masa depan muridnya. Karena dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, guru akan memperhatikan kebutuhan belajar murid. Jika keputusan yang kita ambil sudah mempertimbangkan kebutuhan murid maka murid dapat menggali potensi yang ada dalam dirinya.

 Guru sebagai pemimpin pembelajaran dapat memberikan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar murid dan memfasilitasi murid dalam mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal, sehingga keputusan yang kita ambil dapat berpengaruh terhadap keberhasilan dari murid di masa depannya nanti.

  1. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Guru sebagai pengambil keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran mempunyai peran  central dalam mengajar dan mendidik anak,terutama dari budi pekertinya. Budaya positif yang tumbuh dan menjadi budaya disekolah, kompetensi sosial emosional yang mumpuni dan keterampilan coaching yang luwes tentu saja mendukung guru dalam mengambil keputusan di sekolah.  Ditambah lagi dengan penerapan pembelajaran terintegrasi pembelajaran berdiferensiasi yang mengakomodir kebutuhan belajar murid, membuat guru bisa mengoptimalkan  kemampuan murid melalui proses coaching yang tepat.

 

Senin, 15 Juni 2020

Sumber Energi Alternatif



4 Sumber Energi Alternatif dan Manfaatnya Bagi Kehidupan 

Alam telah menyediakan berbagai macam energi alternatif yang tidak pernah ada habisnya. Pada kesempatan ini, seputarpengetahuan.com akan membahas dan menguraikan beberapa sumber energi alternatif beserta fungsinya bagi kehidupan. 

Problematika Aksesibilitas Pendidikan pada Pandemi COVID-19

ARTIKEL PENDIDIKAN

by. Deborah Kristianti
Pendidikan merupakan salah satu hak asasi manusia (HAM) yang sudah selayaknya didapatkan oleh masing-masing individu. Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 31 Ayat 1 yang berisi “Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan” dengan sangat jelas memberikan makna bahwa setiap masyarakat secara tak terkecuali berhak untuk memeroleh pendidikan yang layak.

Sabtu, 13 Juni 2020

RPP tema 7 semester II kelas IV SD




Kurikulum 2013



Kurikulum 2013 (K-13) adalah kurikulum yang berlaku dalam Sistem Pendidikan Indonesia. Kurikulum ini merupakan kurikulum tetap diterapkan oleh pemerintah untuk menggantikan Kurikulum-2006 (yang sering disebut sebagai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang telah berlaku selama kurang lebih 6 tahun. Kurikulum 2013 masuk dalam masa percobaanya pada tahun 2013dengan menjadikan beberapa sekolah menjadi sekolah rintisan.

  3.1.a.7. Demontrasi Kontekstual - Pengambilan Keputusan sebagai pemimpin pembelajaran Disusun oleh :   Eva Natalia CGP Angkatan 4 Ka...